luka hati di buru segerombolan caci lunglai meraba diri apa yang salah lagi nurani tlah di lembutkan bukan salah ketika kini menjadi garang karena tlah kau cabik rerimbunku yang rindang kau menyibak tirai harimau ketika lelap menyapaku kau meneriakkan suara pekakmu diujung daun telinga lembutku aku tak bisa diam lagi egoku terkoyak, harga diriku terpijak aku terus melawannya dengan taring-taring yang terus mencabiknya ku bilah runcing egonya, kusayati piciknya terbuka matanya tapi tetap gelap karena ventilasinya tak bisa lagi menyentuh cahaya sehingga kau hanya bisa melihat sisi gelap ~rad~
mencatat setiap bait rasa yang berserak dihati